Gelombang PHK di Startup dan Tech Global: Bagaimana Dampaknya pada Pasar Kerja Indonesia?
Dunia teknologi global sedang mengalami "musim dingin" (tech winter). Runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) diikuti oleh gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran di raksasa teknologi seperti Meta, Amazon, Google, hingga startup-startup unicorn. Gelombang ini sampai juga ke Indonesia, dengan sejumlah startup lokal juga melakukan efisiensi.
Dampaknya terasa di pasar kerja. Lowongan untuk posisi tech menjadi lebih kompetitif. Para pekerja, terutama di bidang non-teknis seperti marketing, HR, dan business development di startup, merasa lebih rentan. Suasana ketidakpastian meningkat.
Namun, ada juga sisi lain. Banyak talenta Indonesia yang di-PHK dari perusahaan global justru kembali ke tanah air (repatriasi), membawa pengalaman dan skill yang bisa diserap oleh perusahaan lokal atau mendirikan startup baru. Ini bisa menjadi blessing in disguise untuk ekosistem digital Indonesia.
Bagi pekerja, ini saatnya untuk beradaptasi: 1) Tingkatkan skill inti (hard skills) dan kemampuan berjejaring (soft skills), 2) Diversifikasi sumber penghasilan, 3) Perkuat profil di platform seperti LinkedIn, 4) Jangan panik, tetapi selalu siap dengan backup plan. Bagi perusahaan, ini waktu untuk berfokus pada profitabilitas dan bisnis inti, bukan sekadar pertumbuhan yang dibiayai investor.




